Grup musik NDX AKA kembali menjadi sorotan publik setelah penampilan kontroversial mereka di acara Pekan Olahraga dan Seni Universitas Gadjah Mada (Porsenigama). Saat manggung di kampus UGM, salah satu anggota grup, Yonanda Frisna Damara, menuai kritik tajam karena pernyataan yang dinilai tidak pantas dan merendahkan perempuan.
Kritik Terhadap Pernyataan Seksis
Yonanda Frisna Damara, anggota NDX AKA, menyampaikan komentar seksis sebelum membawakan lagu Ngertenono Ati. Pernyataannya mengenai perempuan yang sering “check-in” di hotel dengan alasan pekerjaan atau mengerjakan skripsi dianggap tidak pantas. Ia mengaitkan sikap ramah perempuan dengan istilah yang merendahkan, menyebut mereka sebagai “friendly” dalam konteks negatif.
Reaksi Publik
Pernyataan Yonanda langsung memicu reaksi negatif dari masyarakat, terutama pengguna media sosial. Banyak yang menilai bahwa omongannya tidak pantas, terutama di lingkungan kampus yang seharusnya menjadi tempat edukasi dan inspirasi, bukan penghinaan.
Komentar Netizen
Beberapa netizen mengomentari kontroversi yang melibatkan NDX AKA:
- “Bukan masalah omongannya sih, tapi kata-kata kotor yang dikeluarkan di lingkungan kampus.” – @xst***
- “Sepi dah konser lu.” – @agm***
- “Band kabupaten ini terlalu lama bergaul sama orang-orang nggak sekolah jadi omongannya nggak dipikir dulu, jijik.” – @val***
Dampak Kontroversi
Kontroversi ini tidak hanya berdampak pada citra NDX AKA sebagai grup musik, tetapi juga menimbulkan diskusi tentang seksisme dan perlakuan tidak pantas terhadap perempuan. Penting bagi kita semua untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dan menghormati satu sama lain tanpa merendahkan.
Apa yang Dapat Kita Pelajari
Kejadian ini mengingatkan kita untuk selalu berpikir sebelum berbicara, terutama dalam hal-hal yang sensitif seperti gender dan diskriminasi. Edukasi dan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menghormati perempuan sebagai individu yang setara sangat diperlukan dalam masyarakat kita.
Kesimpulan
NDX AKA harus mengambil pelajaran dari kontroversi ini dan memperbaiki sikap serta ucapan anggotanya agar tidak menyinggung perasaan dan martabat perempuan. Semoga kejadian ini menjadi momentum untuk lebih peduli terhadap isu-isu gender dan menumbuhkan sikap yang inklusif dalam komunitas musik maupun masyarakat luas.