Rimar Callista Ungkap Perjuangan di Industri hingga Juara Indonesian Idol (Foto: Aldhi Chandra/Okezone)
Perjuangan Rimar Callista di Dunia Industri Musik
Rimar Callista, seorang penyanyi tanah air yang kini dikenal sebagai juara Indonesian Idol, telah melewati berbagai rintangan dan tantangan sebelum meraih kesuksesan. Dengan usianya yang masih 27 tahun, Rimar telah mengikuti berbagai ajang pencarian bakat sejak beberapa tahun lalu.
Tantangan di Ajang Pencarian Bakat Sebelum Indonesian Idol
Pada tahun 2015, Rimar berhasil meraih posisi juara ketiga dalam ajang Starvoices Indonesia musim keempat. Namun, perjuangannya belum berhenti di sana. Setahun kemudian, ia mencoba peruntungannya di The Voice Indonesia musim kedua namun harus terhenti di babak knockout.
Di tahun 2017, Rimar kembali berkompetisi di Indonesian Idol musim kesembilan namun belum berhasil mencapai puncak karirnya. Namun, segala perjuangan dan kerja kerasnya membuahkan hasil ketika ia akhirnya meraih kemenangan dalam special season pada tahun 2021.
Kisah Sukses di Indonesian Idol
Menyusul kemenangannya, Rimar membagikan kisah inspiratif perjalanan hidupnya yang penuh dengan tantangan hingga berhasil meraih posisi juara di Indonesian Idol.
“Saat mengikuti kompetisi Indonesian Idol, saya menghadapi berbagai kesulitan dan tidak pernah menyangka bisa keluar sebagai pemenang. Setiap langkah kecil yang saya ambil selama kompetisi menjadi kunci kesuksesan saya,” ujar Rimar.
Tips Sukses dari Rimar Callista
Rimar juga membagikan tips sukses yang ia terapkan selama berkompetisi di Indonesian Idol. Menurutnya, fokus pada langkah kecil dan tidak berekspektasi terlalu tinggi adalah kuncinya.
“Saya selalu berpikir untuk tidak terlalu memikirkan posisi tinggi atau target jauh ke depan. Yang terpenting adalah fokus pada langkah-langkah kecil setiap minggunya dan terus belajar untuk menjadi lebih baik,” tambah Rimar.
Pengaruh Budaya Jawa dalam Cara Berpikir Rimar
Cara berpikir Rimar yang lebih fokus pada langkah-langkah kecil ternyata dipengaruhi oleh budaya Jawa yang ia anut. Ia mengatakan, “Sebagai orang Jawa, saya tidak suka memprediksi masa depan karena itu dianggap pamali. Saya lebih suka fokus pada saat ini dan terus belajar untuk mencapai tujuan.”